Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak mana pun. Tulisan ini hanya ungkapan hati seorang yang sudah jenuh dan sangat terusik dengan adanya provokator yang mengatasnamakan agama : STOP RASSICM!
SHOW YOUR LOVE AND APPRECIATION IN THIS WORLD
Sewaktu aku masih kecil , aku sempat berpikir, kenapa aku tidak terlahir menjadi warga negara Jepang, Perancis dan Amerika saja. Karena pikiran polos kecilku dulu, jika saya dilahirkan disana, saya bisa tiap hari bertemu dengan Doraemon, Barbie, Mickey-Minnie, dan semua tokoh-tokoh kartun kesukaanku yang Indonesia tak pernah miliki.
Tapi itu dulu. Sekarang saya bangga menjadi anak Indonesia. Tapi tetap pengen sih suatu hari kelak bisa kesampaian ke negeri seberang itu.
***
Hari ini saya memutuskan untuk menulis isi hati saya kepada Indonesia. Saya sudah teramat bosan. Ingin rasanya menutup telinga, menutup mulut tentang berbagai isu-isu agama yang akhir-akhir ini menggemparkan dunia, khususnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi sikap tidak mau tahu saya itu hanya bertahan sebentar saja. Mata saya tidak dapat mengatup jika berhadapan dengan berita-berita tersebut. Ibaratnya virus yang berkedok agama, mereka siap menyerang para pemain jejaring social dan dunia maya baik di twitter maupun facebook. Bagaimana mungkin saya bisa pura-pura bodoh atau malah pura-pura tidak tahu, sedangkan twitter (dominan) menjadi tempat saya berinteraksi dengan teman-teman saya. Dan dikala itu timeline saya dipenuhi dengan isu-isu agama tersebut. Semua orang berargumen dengan pemikiran-pemikirannya sendiri. Direalisasikan dengan bentuk tulisan dalam 140 karakter.
Tiga harian juga, saya melihat semua orang marak-maraknya membahas “statement dari entah siapa pun itu” yang berusaha mericuhkan kerukunan umat beragama. Pada saat itu, saya hanya terdiam. Miris dan pedih hati saya. Ingatkah Anda dulu betapa indahnya toleransi umat beragama di buku PPKN kita? Ingatkah Anda betapa megahnya ilustrasi Budi, Acong, Ucok dan Ketut dalam buku PPKN kita? Haruskah kita semua balik lagi ke Sekolah Dasar hanya untuk belajar dan merealisasikan toleransi, tepa selira dan tenggang rasa? Silahkan Anda jawab dalam hati…
***
Apakah ini bentuk dari kesombongan manusia? Ke-aku_an manusia?
***
Agama menyangkut kepercayaan dan iman seseorang. Agama adalah reminder kita sebagai manusia, yang hanyalah secuil debu, tercipta dari tanah dan akan kembali juga menjadi tanah. Dunia ini tidak pernah menjanjikan keabadian. Dunia ini hanyalah fana. Sarangnya kepalsuan dan kemunafikan. Ya, panggung sandiwara. Agama adalah sarana kita untuk dapat dekat dengan Sang Pencipta-Tuhan Yang Maha Esa. Agama bukanlah suatu topik yang harus dikaji-kaji dan diperbandingkan, yang ujung-ujungnya berujung ke-aku-an dan perpecahan.
Nafas ini saja bukan kuasa kita. Akal pikiran ini bukan punya kita. Kita disini cuma meminjam, menumpang, dan jika tiba waktunya akan kita lunasi dan pertanngungjawabkan semua. Ya, akan tiba saatnya indera kita terkunci, raga kita membisu dan hanya jiwa kita yang dapat menerangkan semua.
Jangan jadikan agama sebagai bom waktu. Bukankah Indonesia mengakui perbedaan agama. Apakah Negara Kesatuan Republik Indonesia cuma menjadi bentuk dari keindahan nama suatu negara? Mana realisasi Bhinneka Tunggal Ika yang selalu terpatri di lambang burung Garuda Pancasila kita? Apa gunanya disusun UUD 1945 pasal 29 khususnya! Apakah ini Cuma jadi bagian hafalan dan hanya diingat-ingat saja?
***
Aku terlahir dengan mata sipit, bersuku Batak Toba dan beragama Kristen. Tapi tak pernah terpikir sedikit pun untuk membatasi pergaulanku. Aku teramat sangat beruntung mempunyai keluarga yang pemikirannya sangat demokrasi.
Sewaktu ku masih berada di TK, teman bermainku adalah tetanggaku. Gadis cilik itu bernama kecil Oly, bersuku Aceh, kulit hitam manis dan beragama Islam. Baik keluarganya dan keluarga ku tak pernah membatasi pergaulan kami. Setiap sore, kami selalu bermain bersama, baca BOBO bersama, semuanya kami lakukan bersama tanpa pernah terbesit secuil pikiran pun bahwa kami berbeda (ya namanya juga anak-anak J ) Tapi itu semua berlangsung lama, sampai aku tumbuh menjadi remaja dan pindah rumah, Oly sekeluarga tetap ingat pada kami.
***
Dan hingga sekarang, aku tetap menjadi seorang gadis yang sedikit pun tidak pernah berpikir untuk bergaul “memilih”. Dari berbagai macam suku, agama telah menjadi sahabat terbaikku. Dan itulah yang menandakan aku sebagai anak Indonesia!
I really appreciate them. Kami menjalani persahabatan tanpa merasa kami berbeda satu sama lain, walaupun kami hidup di tengah-tengah individu yang dengan pemikirannya sendiri berbicara tentang ke-aku-annya. Aku mengasihi dan mengahargai mereka layaknya diriku sendiri. Kami tak pernah memandang sebelah mata seseorang yang berbeda apa pun itu. Kuncinya sebenarnya TULUS, MENGHARGAI! Jangan pernah salahkan agama. Jangan pergunjingkan agama. Semua agama itu baik. Semua tergantung individu di dalamnya. Bukankah semua agama mengajarkan saling mengasihi dan menghargai? Dan aku yakin semua agama mengajarkan kita untuk tetap berjalan lurus di dunia agar pintu surga terbuka lebar, saat tiba waktunya untuk melangkah nanti.
Jangan pernah sedikit pun terprovokasi dengan orang-orang yang ingin memecah belah kesatuan kita. Bersabarlah selalu. Sadarilah, betapa indahnya Indonesia dengan segala perbedaan itu. Manusia juga pada dasarnya diciptakan berbeda-beda kan? Berbeda-beda untuk saling melengkapi. Berbeda-beda untuk menjadi satu.
Kita telah terlahir di Indonesia dengan suku dan agama yang beragam. Jadikanlah Bhinneka Tunggal Ika itu sebagai asset kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia di mata dunia. Kita tecipta sebagai makhluk sosial. Bukan untuk membangun tiang-tiang pembatas dalam bersosialisasi.
Hargailah orang lain seperti kamu menghargai dirimu sendiri.
God bless you all! God bless Indonesia!
L e t ‘ s s p r e a d t h e l o v e